Blog Opini Kang Guru adalah ruang berbagi opini cerdas dan inspiratif dari sudut pandang seorang pendidik. Blog ini hadir dengan gaya santai namun penuh makna.

Peran Guru Wali dalam Transformasi Pendidikan: Antara Pendampingan Akademik, Kompetensi, Keterampilan dan Pembentukan Karakter Murid

Peran guru dalam dunia pendidikan terus berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebijakan. Salah satu bentuk pembaruan yang penting adalah kehadiran Guru Wali, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2025 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru. Peran ini tidak hanya bersifat administratif, melainkan strategis dalam mengawal pertumbuhan akademik dan karakter murid secara berkelanjutan.

Apa Itu Guru Wali? (Pasal 9 ayat 2)
Menurut peraturan tersebut, Guru Wali adalah guru mata pelajaran di jenjang SMP/SMPLB, SMA/SMALB, atau SMK/SMKLB yang diberikan tugas tambahan untuk mendampingi murid secara individu dalam aspek akademik, pengembangan kompetensi, keterampilan, dan karakter.
Peran ini berbeda dari Wali Kelas, yang lebih fokus pada administrasi dan pengelolaan kelas secara harian. Guru Wali melaksanakan pendampingan sejak murid terdaftar hingga lulus di satuan pendidikan yang sama (Pasal 9 ayat 3), menjadikan relasi antara guru dan murid lebih dalam dan berjangka panjang.

Tugas Inti Guru Wali (Pasal 9 ayat 2 dan ayat 4)
Tugas Guru Wali mencakup:
  1. Pendampingan Akademik: Membantu murid mencapai hasil belajar yang optimal.

  2. Pengembangan Kompetensi: Mendorong kemampuan sesuai kurikulum, seperti berpikir kritis atau kolaboratif.

  3. Pembinaan Keterampilan: Terutama di SMK, fokus pada keterampilan teknis/kejuruan.

  4. Pembentukan Karakter: Mewujudkan nilai integritas, tanggung jawab, dan kepedulian.

Kolaborasi dalam Sistem Sekolah (Pasal 9 ayat 5)
Agar pendampingan berjalan efektif, Guru Wali bekerja sama dengan Guru Bimbingan dan Konseling serta Wali Kelas. Tiga peran ini bersinergi:
  • Guru BK: Mengatasi permasalahan psikososial murid.

  • Wali Kelas: Mengelola kegiatan administratif harian.

  • Guru Wali: Membangun perkembangan individu secara mendalam dan konsisten.

Beban Kerja dan Ekuivalensi Waktu (Pasal 14 dan Pasal 10)
Tugas sebagai Guru Wali dihitung sebagai bagian dari beban kerja guru. Adapun ketentuannya adalah:
  • Ekuivalensi 2 jam tatap muka per minggu (Pasal 14).

  • Termasuk dalam kegiatan pokok guru yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, bimbingan, dan tugas tambahan (Pasal 10).

  • Total beban kerja guru tetap mengacu pada 37 jam 30 menit per minggu (Pasal 3), termasuk peran sebagai Guru Wali.

Penetapan dan Rasio Penugasan (Pasal 18 ayat 1–2)
Guru Wali tidak diangkat secara sembarangan. Penunjukan dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dengan mempertimbangkan rasio jumlah murid dan jumlah guru mata pelajaran, selain kepala sekolah. Dengan demikian, distribusi beban kerja tetap seimbang dan terukur.

Mobilitas dan Fleksibilitas Tugas (Pasal 12)
Dalam kondisi tertentu, Guru Wali (seperti juga guru lainnya) dapat ditugaskan di satuan pendidikan lain oleh Dinas Pendidikan, apabila terjadi kekurangan tenaga pengajar. Hal ini menegaskan pentingnya peran Guru Wali dalam sistem pendidikan nasional yang adaptif dan responsif.

Kerangka Hukum dan Transformasi Kebijakan (Menimbang huruf a dan b)
Peraturan ini menggantikan Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018 (yang telah diubah oleh Permendikbudristek Nomor 25 Tahun 2024). Tujuannya adalah:
  • Menyesuaikan regulasi dengan kebutuhan pendidikan yang lebih mutakhir.

  • Memberikan kepastian hukum terkait beban kerja guru.

  • Menegaskan arah kebijakan pendidikan yang fokus pada pembelajaran bermakna, karakter, dan pengembangan potensi murid.

Kesimpulan: Guru Wali sebagai Pilar Pendampingan Holistik
Kehadiran Guru Wali dalam regulasi terbaru ini bukan sekadar formalitas, melainkan bagian dari visi besar transformasi pendidikan Indonesia. Peran ini menegaskan pentingnya:
  • Pendampingan jangka panjang yang personal.

  • Pengembangan karakter murid secara konsisten.

  • Sinergi antarperan dalam sekolah.

  • Distribusi beban kerja guru yang adil dan terukur.

Dengan mengintegrasikan aspek akademik dan nilai-nilai kehidupan, Guru Wali menjadi ujung tombak pendidikan yang lebih manusiawi, mendalam, dan relevan dengan tantangan zaman.

Referensi Resmi:
  • Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2025 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru.

Share:

Suara dari Tanjakan Jahim

Prolog
Malam itu tanggal 25 Juli 2025. Jalanan dari Tasik menuju Kuningan tampak sunyi, hanya diterangi cahaya lampu motor yang seolah kalah oleh gelapnya hutan. Aku mengambil jalur alternatif: orang-orang menyebutnya “Jahim” ... jalur yang katanya lebih cepat, tapi tak semua pengemudi ingin lewat dua kali di malam hari.

Aku bukan tipe penakut. Tapi malam itu, sesuatu mengubah segalanya.

Bagian 1: Jalan yang Tak Ramah
Kabut mulai turun perlahan ketika aku memasuki tikungan ketiga setelah tanjakan panjang. Suasana berubah drastis, udara dingin menusuk, dan hutan di kiri-kanan seperti menutup jalan. Tak ada lampu, tak ada rumah, hanya suara motor dan gemerisik angin.

Lalu aku dengar suara orang berbicara.

Pertama samar, seperti bisik-bisik. Lama-lama jelas, seperti dua atau tiga orang sedang berdialog. Aku menoleh ke arah suara, tapi hanya gelap dan pohon. Tidak ada cahaya, tidak ada pergerakan.

Setiap aku melewati tanjakan yang menikung, suara itu muncul lagi. Kadang terdengar seperti tertawa kecil, kadang seperti sedang membacakan sesuatu. Tapi tak ada siapa pun di sana.

Bagian 2: Tidak Semua Sosok Ingin Dikenali
Di satu titik, aku melihat bayangan putih di ujung tikungan. Awalnya kukira orang. Tapi dia tidak bergerak. Saat aku mendekat, bayangan itu lenyap, seolah menembus kabut.

Tubuhku mulai dingin. Entah karena udara, atau rasa yang tak bisa dijelaskan. Aku menarik gas pelan-pelan sambil membaca doa dalam hati.

Motor terasa berat.

Mesin tersendat sebentar, seolah ada sesuatu yang menahan ban belakang. Tapi jalanan kosong. Aku berhenti sejenak, menatap ke sekeliling.

Dan saat itu… suara langkah terdengar dari arah belakang.

Cepat, mantap, dan tak wajar. Aku langsung menstarter motor dan pergi secepat mungkin.

Bagian 3: Penjaga Jalur Jahim
Kata orang, Puncak Jahim bukan sekadar tanjakan. Itu pintu ke tempat yang harus dilewati dengan izin, bukan sekadar keberanian.

Warga sekitar sering berkata:

“Kalau lewat malam hari, jangan sompral. Kadang bukan jalannya yang minta korban, tapi yang menunggui.”

Aku ingat tak sempat izin. Tak mengucap salam seperti biasanya. Dan mungkin, malam itu… aku dianggap asing yang sombong.

Epilog: Tidak Pernah Benar-Benar Sendiri
Sesampainya di rumah, aku menengok kaca spion sebelum mematikan motor. Di sana, di kabut yang belum juga hilang dari pikiranku, aku seperti masih bisa mendengar suara itu.

Berbisik, memanggil... atau mungkin mengucapkan selamat datang kembali.

Catatan Penulis:
Cerita ini diilhami dari kejadian nyata pada malam 25 Juli 2025, di jalur alternatif Cikijing – Cineam – Tasikmalaya yang dikenal dengan nama Puncak Jahim. Rute ini menyimpan kombinasi antara keindahan, bahaya fisik, dan misteri spiritual yang masih dipercaya oleh banyak warga.
Share:

Menyalakan Lilin di Kelas Pancasila: Pelajaran Nurani dari Kasus Tom Lembong

A. Pendahuluan
Pendidikan Pancasila bukan hanya berbicara tentang menghafal sila-sila atau memahami teks Undang-Undang. Ia adalah ruang untuk menanamkan nilai, mengasah nurani, dan membentuk karakter. Dalam kelas Pancasila, seorang guru memiliki peluang untuk membawa realitas sosial sebagai jendela pembelajaran. Kasus vonis 4,5 tahun penjara terhadap mantan Menteri Perdagangan, Tom Lembong, menjadi salah satu contoh nyata bagaimana keadilan, integritas, dan tanggung jawab bisa dipertanyakan dan sekaligus diajarkan.

B. Permasalahan dan Refleksi Moral
Tom Lembong tidak dihukum karena mencuri uang negara atau menerima suap. Ia tidak memperkaya diri sendiri. Yang ia lakukan adalah menjalankan tugas kebijakan impor gula, yang belakangan dianggap bertentangan dengan prosedur. Ia divonis, meskipun tidak terbukti memperkaya diri atau orang lain. Di sisi lain, banyak tokoh yang terang-terangan melukai kepentingan rakyat masih bebas, tertawa, dan dielu-elukan.
Realitas ini mengundang pertanyaan:
  • Di mana letak keadilan?

  • Apakah masih relevan menjadi orang baik di dunia yang sering kali tidak adil?

Di sinilah pendidikan Pancasila mengambil perannya. Guru bukan hanya menyampaikan teori keadilan sosial, tetapi juga membangkitkan empati dan kesadaran kritis siswa terhadap kondisi nyata masyarakat.

C. Nilai-nilai yang Dapat Ditanamkan
Dari kasus ini, terdapat sejumlah nilai utama yang dapat ditanamkan kepada siswa:
  1. Keadilan (Sila ke-5)
    Siswa diajak menyadari bahwa keadilan bukan selalu soal hukum tertulis, tetapi juga menyangkut nurani dan rasa kemanusiaan.

  2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (Sila ke-2)
    Ketika seseorang dihukum bukan karena keserakahan, tetapi karena kebijakan yang dianggap keliru, kita perlu menilai dengan adab dan empati.

  3. Integritas dan Konsistensi Moral
    Siswa diajak merefleksikan: apakah kita tetap memilih menjadi orang baik, walaupun dunia mungkin tidak berpihak kepada kita?

  4. Berpikir Kritis dan Reflektif
    Pembelajaran bukan diarahkan untuk menghakimi, tetapi untuk memahami. Siswa belajar berpikir kritis dan tetap bijak dalam menyikapi ketimpangan.

D. Strategi Pembelajaran
Guru dapat mengangkat kasus ini dalam pembelajaran melalui pendekatan dialog dan refleksi, misalnya dengan metode Socratic Questioning atau problem-based learning. Pertanyaan pemantik seperti:
  • “Apa yang kalian rasakan jika kebaikan dibalas dengan ketidakadilan?”

  • “Kalau kalian menjadi Tom Lembong, apa yang akan kalian lakukan?”

  • “Apa arti menjadi warga negara yang baik dalam kondisi dunia yang tidak sempurna?”

Melalui diskusi ini, siswa tidak hanya belajar tentang nilai, tetapi juga tentang keberanian, kejujuran, dan kemanusiaan.

E. Penutup: Harapan di Tengah Ketidakpastian
Saya tidak bisa menjanjikan dunia yang selalu adil kepada siswa saya. Tapi saya bisa mengajarkan mereka bagaimana menyalakan lilin saat dunia terasa gelap. Saya percaya bahwa masa depan Indonesia sedang duduk di depan saya, mendengarkan dan belajar menjadi manusia.
Ketika kita membawa kisah nyata ke dalam kelas dan menjadikannya jendela nilai, maka pendidikan tidak lagi menjadi hafalan kosong, melainkan bekal hidup. Karena sejatinya, Pendidikan Pancasila adalah pendidikan untuk menjadi manusia—manusia yang mampu berdiri tegak meski dunia berusaha menjatuhkannya.


Referensi:
  • Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

  • Buku Ajar Pendidikan Pancasila (Kemdikbud, 2022)

  • Kompas.id (2025), Vonis Dugaan Korupsi Thomas Lembong

  • Hukum.TVRINews.com (2025), Vonis Tom Lembong 4,5 Tahun Penjara

  • Antaranews.com (2025), Ex-Minister Gets 4.5 Years in Prison for Sugar Import Graft


Share:

Menyelami Esensi Pembelajaran Mendalam

Pendahuluan: Fenomena “Meriah” dalam Dunia Pendidikan

Di era pendidikan modern, berbagai metode pembelajaran yang tampak seru dan menyenangkan mulai marak diterapkan. Mulai dari joget TikTok, nyanyian kolosal, hingga simulasi peristiwa kehidupan nyata seperti prosesi pernikahan, kerap diangkat sebagai contoh praktik pembelajaran mendalam. Namun, apakah kegiatan yang tampak meriah dan menghibur tersebut benar-benar mencerminkan prinsip pembelajaran mendalam?

Sebuah kisah nyata diangkat dari pelatihan guru, ketika seorang observer menayangkan video guru yang mengajak murid bernyanyi dan menari, lalu menyatakan, “Lihat, ini pembelajaran mendalam!” Pada kesempatan lain, seorang guru menyelenggarakan simulasi pernikahan lengkap dengan perlengkapan adat dan menyebutnya sebagai pembelajaran kontekstual dan mendalam. Situasi-situasi seperti ini memancing pertanyaan reflektif: Apakah itu benar-benar pembelajaran mendalam atau sekadar tampak seru di permukaan?

Makna Sebenarnya dari Pembelajaran Mendalam
Deep learning atau pembelajaran mendalam bukanlah perkara seberapa ramai kelas terlihat, atau seberapa keras tawa murid terdengar. Pembelajaran mendalam bukan ditentukan oleh kemeriahan, melainkan oleh apa yang tumbuh dalam diri murid sebagai hasil dari proses belajar.

Michael Fullan dalam bukunya Deep Learning: Engage the World, Change the World, menyebutkan bahwa pembelajaran mendalam bertujuan menumbuhkan 6 kompetensi inti (6C) dalam diri murid:

  1. Character (Karakter)

  2. Citizenship (Kewarganegaraan)

  3. Collaboration (Kolaborasi)

  4. Communication (Komunikasi)

  5. Creativity (Kreativitas)

  6. Critical Thinking (Berpikir Kritis)

Jika sebuah aktivitas belajar tidak menyentuh aspek-aspek tersebut, maka meskipun terlihat meriah, belum tentu itu adalah pembelajaran mendalam.

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Mendalam dalam Perspektif Kurikulum Merdeka
Menurut naskah akademik Kemendikbudristek tentang Kurikulum Merdeka, pembelajaran mendalam memiliki tiga prinsip utama:

  1. Mindful – Sadar akan tujuan belajar.

  2. Meaningful – Bermakna, terkait dengan kehidupan nyata serta pengetahuan dan pengalaman sebelumnya.

  3. Joyful – Menyenangkan, bukan karena tertawa riang, tetapi karena adanya pertumbuhan dan tantangan yang bermakna bagi murid.

Joget dan nyanyian memang bisa menciptakan kesenangan, namun jika tidak membawa murid pada pengalaman belajar yang menantang dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap proses belajar, maka itu belum bisa dikatakan joyful dalam konteks pembelajaran mendalam.

Begitu juga dengan simulasi pernikahan. Meskipun tampak kontekstual, namun belum tentu bermakna secara reflektif. Meaningful dalam pembelajaran mendalam adalah ketika kegiatan belajar membawa murid merenungkan nilai-nilai, kesadaran sosial, dan mengaitkan materi dengan kehidupan secara lebih dalam.

Refleksi: Sudahkah Kita Menghadirkan Pembelajaran Mendalam?
Untuk mengetahui sejauh mana kita telah menghadirkan pembelajaran mendalam, mari kita refleksi melalui beberapa pertanyaan berikut:

  • Apakah tujuan pembelajaran saya berorientasi pada pengembangan 6C?

  • Apakah murid saya dilibatkan dalam proses berpikir kritis dan kreatif, bukan sekadar meniru?

  • Apakah kolaborasi yang terjadi sungguh-sungguh, bukan hanya kerja kelompok formalitas?

  • Apakah aktivitas murid terhubung dengan dunia nyata dan relevan dengan konteks kehidupan mereka?

  • Apakah saya menggunakan asesmen otentik seperti proyek, refleksi, atau diskusi?

  • Apakah murid merasa belajar ini bermakna dan menumbuhkan dirinya, bukan hanya sekadar seru?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut penting untuk dijawab secara jujur agar guru tidak terjebak pada euforia “pembelajaran yang seru”, tetapi tetap berorientasi pada hasil belajar yang mendalam dan berkelanjutan.

Kesimpulan: Pendidikan yang Menyentuh Jauh ke Dalam
Pembelajaran mendalam adalah tentang transformasi, bukan atraksi. Ia menitikberatkan pada bagaimana murid tumbuh sebagai manusia utuh, berpikir kritis, berkolaborasi, dan menjadi warga dunia yang bertanggung jawab. Joget dan nyanyi boleh ada, tetapi jangan sampai substansi belajar terabaikan. Pembelajaran mendalam menuntut guru untuk sadar tujuan, mendesain pengalaman belajar yang bermakna, dan menyenangkan karena menghadirkan tantangan dan pertumbuhan. Maka dari itu, mari kita bijak membedakan antara sekadar “seru” dan benar-benar “bermakna”.

Referensi:

  • Fullan, M., Quinn, J., & McEachen, J. (2018). Deep Learning: Engage the World, Change the World. Corwin Press.

  • Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2022). Naskah Akademik Kurikulum Merdeka. Jakarta: Kemendikbudristek.

Share:

Menguji Keputusan Bijak Pemimpin Sekolah: Memahami dan Menerapkan Situation Judgement Test (SJT)

Pendahuluan
Dalam proses seleksi calon kepala sekolah dan pengawas sekolah, tidak cukup hanya mengandalkan capaian akademik atau pengalaman administratif. Salah satu kompetensi penting yang harus dimiliki adalah kemampuan mengambil keputusan bijak dan kontekstual di tengah situasi kompleks dunia pendidikan. Untuk menguji hal ini, digunakanlah Situation Judgement Test (SJT), yaitu tes yang dirancang untuk menilai kemampuan seseorang dalam merespon berbagai situasi dilematis, etis, atau kepemimpinan yang mungkin terjadi dalam dunia kerja.

Apa Itu Situation Judgement Test (SJT)?
SJT adalah metode penilaian berbasis skenario yang menggambarkan situasi nyata yang mungkin dihadapi di tempat kerja. Peserta diminta memilih respons yang paling efektif atau paling sesuai untuk menangani situasi tersebut. SJT umumnya digunakan untuk menilai:
  1. Kemampuan pengambilan keputusan
  2. Kepemimpinan dan manajemen konflik
  3. Integritas dan etika profesional
  4. Kolaborasi dan komunikasi

Mengapa SJT Penting untuk Calon Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah?
Kepala sekolah dan pengawas tidak hanya berperan sebagai administrator, tetapi juga pemimpin perubahan, manajer konflik, penjaga nilai etika, dan fasilitator komunikasi antar pemangku kepentingan. Dalam situasi dilematis seperti konflik guru-orang tua, pelanggaran kedisiplinan guru, atau penurunan semangat kerja, respons pemimpin harus mencerminkan kebijaksanaan, keadilan, dan orientasi pada peningkatan mutu pendidikan.

20 Contoh Soal Situation Judgement Test dan Pembahasannya
Berikut 20 contoh soal SJT untuk seleksi calon kepala sekolah dan pengawas sekolah:

Soal 1
Anda mendapati seorang guru yang berulang kali datang terlambat dan tidak menyampaikan alasan yang jelas. Apa tindakan Anda?
  • Memberikan surat peringatan langsung.
  • Mengundangnya untuk berdiskusi secara personal mengenai keterlambatannya.
  • Melaporkannya ke dinas pendidikan.
  • Menyampaikan masalah ini dalam rapat dewan guru.
Jawaban Benar:
Mengundangnya untuk berdiskusi secara personal mengenai keterlambatannya.
Pembahasan:
Langkah awal yang bijak adalah melakukan pendekatan personal untuk memahami penyebab keterlambatan. Ini mencerminkan kepemimpinan yang solutif dan empatik.

Soal 2
Seorang guru menyampaikan laporan bahwa dana BOS digunakan tidak sesuai rencana. Apa yang Anda lakukan?
  • Meminta bukti dan menyelidiki secara internal.
  • Langsung melapor ke inspektorat daerah.
  • Mengabaikan karena takut konflik.
  • Menyampaikan dalam rapat tanpa konfirmasi lebih lanjut.
Jawaban Benar:
Meminta bukti dan menyelidiki secara internal.
Pembahasan:
Prinsip kehati-hatian dan verifikasi informasi harus dikedepankan terlebih dahulu sebelum tindakan lebih lanjut.

Soal 3
Ada dua guru berdebat di ruang guru karena perbedaan pandangan mengajar. Apa tindakan Anda?
  • Membiarkan mereka menyelesaikannya sendiri.
  • Memanggil mereka secara terpisah untuk dimediasi.
  • Memanggil keduanya dan memarahi mereka.
  • Memindahkan salah satu guru ke kelas lain.
Jawaban Benar:
Memanggil mereka secara terpisah untuk dimediasi.
Pembahasan:
Mediasi secara terpisah dapat meredakan emosi dan membuka ruang dialog konstruktif.

Soal 4
Pengawas sekolah menerima laporan tentang penurunan kedisiplinan siswa di sebuah SMP. Apa langkah awal Anda?
  • Segera mengeluarkan surat teguran ke kepala sekolah.
  • Menyusun instrumen observasi dan melakukan kunjungan langsung.
  • Melakukan panggilan orang tua siswa.
  • Menyusun edaran umum untuk semua sekolah.
Jawaban Benar:
Menyusun instrumen observasi dan melakukan kunjungan langsung.
Pembahasan:
Pendekatan berbasis data dan observasi lebih tepat untuk pengambilan keputusan yang objektif.

Soal 5
Guru senior merasa tersinggung karena tidak diikutkan dalam pelatihan. Ia mengeluh ke media sosial. Apa langkah Anda?
  • Menegurnya secara terbuka.
  • Mendiskusikan secara pribadi alasan tidak diikutsertakan dan menawarkan pelatihan berikutnya.
  • Membalasnya di media sosial.
  • Melaporkannya ke kepala dinas.
Jawaban Benar:
Mendiskusikan secara pribadi alasan tidak diikutsertakan dan menawarkan pelatihan berikutnya.
Pembahasan:
Komunikasi langsung lebih efektif dan menghindari eskalasi konflik.

Soal 6
Seorang guru sering membawa ponsel ke kelas dan terlihat sibuk sendiri saat mengajar. Siswa mulai mengeluh. Apa yang Anda lakukan?
  • Menegurnya di depan siswa.
  • Membuat aturan baru tentang penggunaan ponsel di sekolah.
  • Memanggilnya secara pribadi dan mendiskusikan keluhan siswa.
  • Memberikan sanksi langsung agar jera.
Jawaban Benar:
Memanggilnya secara pribadi dan mendiskusikan keluhan siswa.
Pembahasan:
Penanganan personal berbasis dialog mendorong perubahan perilaku yang lebih efektif tanpa mempermalukan guru.

Soal 7
Sebagai pengawas, Anda menemukan kepala sekolah membuat keputusan rekrutmen tanpa melibatkan komite sekolah. Sikap Anda?
  • Memberi teguran lisan di depan staf.
  • Menyusun laporan dan memberikan pembinaan sesuai prosedur.
  • Membiarkan, karena mungkin alasannya mendesak.
  • Menyebarkan informasi kepada guru agar mereka tahu.
Jawaban Benar: 
Menyusun laporan dan memberikan pembinaan sesuai prosedur.
Pembahasan:
Tindakan profesional menuntut respons sistematis melalui pembinaan formal.

Soal 8
Siswa di sekolah Anda terlibat tawuran di luar jam sekolah. Orang tua meminta Anda bertindak. Apa langkah pertama?
  • Mengeluarkan siswa yang terlibat.
  • Memanggil siswa dan orang tuanya untuk klarifikasi dan pembinaan.
  • Menyalahkan guru BK.
  • Mengadakan apel pagi dan mempermalukan siswa di depan umum.
Jawaban Benar:
Memanggil siswa dan orang tuanya untuk klarifikasi dan pembinaan.
Pembahasan:
Penanganan kasus siswa harus berbasis pendekatan edukatif dan partisipatif bersama orang tua.

Soal 9
Anda ditugaskan menjadi pelaksana harian kepala sekolah. Beberapa guru meragukan kemampuan Anda. Apa sikap Anda?
  • Menegaskan otoritas Anda dengan cara keras.
  • Membalas keraguan dengan menghindari mereka.
  • Tetap bekerja profesional, membuktikan melalui tindakan.
  • Mengeluh kepada dinas.
Jawaban Benar:
Tetap bekerja profesional, membuktikan melalui tindakan.
Pembahasan:
Pemimpin menunjukkan integritas melalui tindakan, bukan reaksi emosional.

Soal 10
Seorang guru muda mengeluh kepada Anda bahwa ia tidak diberi kesempatan mengajar kelas tinggi. Apa tanggapan Anda?
  • Mengabaikan karena bukan prioritas.
  • Menjelaskan sistem rotasi dan mendorongnya mengembangkan kompetensi.
  • Menyuruhnya menghadap kepala dinas.
  • Memberi kelas tinggi langsung.
Jawaban Benar:
Menjelaskan sistem rotasi dan mendorongnya mengembangkan kompetensi.
Pembahasan:
Komunikasi terbuka dan transparansi sistem lebih membangun kepercayaan serta motivasi.

Soal 11
Kepala sekolah menerima laporan bahwa ada praktik bullying antar siswa di kelas. Apa tindakan tepat?
  • Membiarkan guru kelas menyelesaikannya sendiri.
  • Melakukan investigasi internal dan menyusun program anti-perundungan.
  • Memberi sanksi kepada semua siswa di kelas itu.
  • Memanggil pelaku saja dan menghukumnya.
Jawaban Benar:
Melakukan investigasi internal dan menyusun program anti-perundungan.
Pembahasan:
Penanganan bullying harus menyeluruh dan preventif, bukan sekadar menghukum.

Soal 12
Anda menerima undangan pelatihan dari dinas, namun waktunya berbenturan dengan kegiatan penting sekolah. Apa keputusan terbaik?
  • Menolak pelatihan.
  • Mengatur delegasi dan pembagian tugas agar sekolah tetap berjalan.
  • Memilih pelatihan dan membiarkan sekolah berjalan tanpa pengawasan.
  • Menunda pelatihan sampai ada waktu lain.
Jawaban Benar:
Mengatur delegasi dan pembagian tugas agar sekolah tetap berjalan.
Pembahasan:
Kepemimpinan yang adaptif bisa menjalankan keduanya dengan manajemen waktu dan pendelegasian.

Soal 13
Pengawas menemukan kepala sekolah tidak pernah mengadakan rapat dewan guru. Apa langkah Anda?
  • Memberi peringatan tertulis langsung.
  • Memberi pembinaan tentang pentingnya manajemen kolaboratif.
  • Melaporkannya ke kepala dinas tanpa klarifikasi.
  • Membiarkannya, karena mungkin terlalu sibuk.
Jawaban Benar:
Memberi pembinaan tentang pentingnya manajemen kolaboratif.
Pembahasan:
Pembinaan berbasis pemahaman dan solusi lebih efektif daripada sekadar hukuman.

Soal 14
Seorang guru sering menggunakan metode lama yang tidak relevan. Apa pendekatan Anda?
  • Menugaskannya ikut pelatihan dan beri pendampingan.
  • Menggantinya dengan guru lain.
  • Membiarkannya dengan alasan pengalaman.
  • Mengkritiknya di forum guru.
Jawaban Benar:
Menugaskannya ikut pelatihan dan beri pendampingan.
Pembahasan:
Pengembangan profesional berkelanjutan adalah tanggung jawab pimpinan sekolah.

Soal 15
Anda menemukan laporan fiktif pada kegiatan sekolah yang sudah dilaporkan selesai. Langkah Anda?
  • Membiarkannya, karena tidak merugikan siapa pun.
  • Menyusun laporan klarifikasi dan mengadakan audit internal.
  • Menyebarkannya ke media sosial sebagai peringatan.
  • Meminta guru membuat laporan baru.
Jawaban Benar:
Menyusun laporan klarifikasi dan mengadakan audit internal.
Pembahasan:
Tindakan transparan dan prosedural menunjukkan integritas.

Soal 16
Seorang guru meminta izin cuti saat ujian tengah semester berlangsung. Apa tindakan Anda?
  • Menolaknya mentah-mentah.
  • Meminta pertimbangan alasan dan mencari pengganti jika disetujui.
  • Langsung melaporkannya ke pengawas.
  • Menganggap guru itu tidak bertanggung jawab.
Jawaban Benar:
Meminta pertimbangan alasan dan mencari pengganti jika disetujui.
Pembahasan:
Pemimpin harus bijak dalam mempertimbangkan kebutuhan personal dan operasional.

Soal 17
Saat evaluasi, Anda mengetahui siswa mengalami kesulitan memahami materi karena metode guru monoton. Apa yang Anda lakukan?
  • Menyuruh siswa belajar mandiri.
  • Menyampaikan hasil evaluasi kepada guru dan menawarkan pelatihan metodologi.
  • Menegur guru di depan kelas.
  • Mengganti guru.
Jawaban Benar:
Menyampaikan hasil evaluasi kepada guru dan menawarkan pelatihan metodologi.
Pembahasan:
Pembinaan profesional yang konstruktif sangat penting untuk peningkatan mutu pembelajaran.

Soal 18
Pengawas mengetahui bahwa pelaporan Dapodik sekolah belum diperbarui. Apa yang dilakukan?
  • Memaksa operator sekolah menyelesaikannya hari itu juga.
  • Memberi pendampingan dan penjadwalan ulang pelatihan teknis.
  • Mengabaikannya karena bukan tanggung jawab utama.
  • Menyalahkan kepala sekolah secara terbuka.
Jawaban Benar:
Memberi pendampingan dan penjadwalan ulang pelatihan teknis.
Pembahasan:
Tindakan solutif dan mendukung akan mendorong perbaikan sistem.

Soal 19
Seorang guru muda sering mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari guru senior. Apa sikap Anda?
  • Membiarkan karena urusan antar guru.
  • Menyusun forum dialog antargenerasi dan kode etik tim.
  • Mengalihkan guru muda ke sekolah lain.
  • Memanggil guru senior dan memarahi mereka.
Jawaban Benar:
Menyusun forum dialog antargenerasi dan kode etik tim.
Pembahasan:
Pendekatan preventif berbasis dialog membangun budaya sekolah inklusif dan sehat.

Soal 20
Saat pelaksanaan upacara, kepala sekolah lupa membawa teks Pancasila. Apa yang seharusnya Anda lakukan?
  • Menyalahkannya di depan siswa.
  • Membantu tanpa menyalahkan dan menjadikannya bahan evaluasi internal.
  • Membatalkan upacara.
  • Menggantikan kepala sekolah langsung tanpa izin.
Jawaban Benar:
Membantu tanpa menyalahkan dan menjadikannya bahan evaluasi internal.
Pembahasan:
Kepemimpinan kolaboratif dan suportif harus lebih diutamakan daripada menegur di tempat umum.

Penutup
Situation Judgement Test (SJT) bukan hanya soal memilih jawaban benar, tetapi mencerminkan karakter kepemimpinan yang bijak, beretika, dan efektif. Bagi calon kepala sekolah dan pengawas, kemampuan menjawab SJT dengan tepat menunjukkan kesiapan untuk memimpin dan mengelola kompleksitas pendidikan modern.
Share:

Website Translator

Visitors