Blog Opini Kang Guru adalah ruang berbagi opini cerdas dan inspiratif dari sudut pandang seorang pendidik. Blog ini hadir dengan gaya santai namun penuh makna.

Menyalakan Lilin di Kelas Pancasila: Pelajaran Nurani dari Kasus Tom Lembong

A. Pendahuluan
Pendidikan Pancasila bukan hanya berbicara tentang menghafal sila-sila atau memahami teks Undang-Undang. Ia adalah ruang untuk menanamkan nilai, mengasah nurani, dan membentuk karakter. Dalam kelas Pancasila, seorang guru memiliki peluang untuk membawa realitas sosial sebagai jendela pembelajaran. Kasus vonis 4,5 tahun penjara terhadap mantan Menteri Perdagangan, Tom Lembong, menjadi salah satu contoh nyata bagaimana keadilan, integritas, dan tanggung jawab bisa dipertanyakan dan sekaligus diajarkan.

B. Permasalahan dan Refleksi Moral
Tom Lembong tidak dihukum karena mencuri uang negara atau menerima suap. Ia tidak memperkaya diri sendiri. Yang ia lakukan adalah menjalankan tugas kebijakan impor gula, yang belakangan dianggap bertentangan dengan prosedur. Ia divonis, meskipun tidak terbukti memperkaya diri atau orang lain. Di sisi lain, banyak tokoh yang terang-terangan melukai kepentingan rakyat masih bebas, tertawa, dan dielu-elukan.
Realitas ini mengundang pertanyaan:
  • Di mana letak keadilan?

  • Apakah masih relevan menjadi orang baik di dunia yang sering kali tidak adil?

Di sinilah pendidikan Pancasila mengambil perannya. Guru bukan hanya menyampaikan teori keadilan sosial, tetapi juga membangkitkan empati dan kesadaran kritis siswa terhadap kondisi nyata masyarakat.

C. Nilai-nilai yang Dapat Ditanamkan
Dari kasus ini, terdapat sejumlah nilai utama yang dapat ditanamkan kepada siswa:
  1. Keadilan (Sila ke-5)
    Siswa diajak menyadari bahwa keadilan bukan selalu soal hukum tertulis, tetapi juga menyangkut nurani dan rasa kemanusiaan.

  2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (Sila ke-2)
    Ketika seseorang dihukum bukan karena keserakahan, tetapi karena kebijakan yang dianggap keliru, kita perlu menilai dengan adab dan empati.

  3. Integritas dan Konsistensi Moral
    Siswa diajak merefleksikan: apakah kita tetap memilih menjadi orang baik, walaupun dunia mungkin tidak berpihak kepada kita?

  4. Berpikir Kritis dan Reflektif
    Pembelajaran bukan diarahkan untuk menghakimi, tetapi untuk memahami. Siswa belajar berpikir kritis dan tetap bijak dalam menyikapi ketimpangan.

D. Strategi Pembelajaran
Guru dapat mengangkat kasus ini dalam pembelajaran melalui pendekatan dialog dan refleksi, misalnya dengan metode Socratic Questioning atau problem-based learning. Pertanyaan pemantik seperti:
  • “Apa yang kalian rasakan jika kebaikan dibalas dengan ketidakadilan?”

  • “Kalau kalian menjadi Tom Lembong, apa yang akan kalian lakukan?”

  • “Apa arti menjadi warga negara yang baik dalam kondisi dunia yang tidak sempurna?”

Melalui diskusi ini, siswa tidak hanya belajar tentang nilai, tetapi juga tentang keberanian, kejujuran, dan kemanusiaan.

E. Penutup: Harapan di Tengah Ketidakpastian
Saya tidak bisa menjanjikan dunia yang selalu adil kepada siswa saya. Tapi saya bisa mengajarkan mereka bagaimana menyalakan lilin saat dunia terasa gelap. Saya percaya bahwa masa depan Indonesia sedang duduk di depan saya, mendengarkan dan belajar menjadi manusia.
Ketika kita membawa kisah nyata ke dalam kelas dan menjadikannya jendela nilai, maka pendidikan tidak lagi menjadi hafalan kosong, melainkan bekal hidup. Karena sejatinya, Pendidikan Pancasila adalah pendidikan untuk menjadi manusia—manusia yang mampu berdiri tegak meski dunia berusaha menjatuhkannya.


Referensi:
  • Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

  • Buku Ajar Pendidikan Pancasila (Kemdikbud, 2022)

  • Kompas.id (2025), Vonis Dugaan Korupsi Thomas Lembong

  • Hukum.TVRINews.com (2025), Vonis Tom Lembong 4,5 Tahun Penjara

  • Antaranews.com (2025), Ex-Minister Gets 4.5 Years in Prison for Sugar Import Graft


Share:

Website Translator

Visitors