Pendahuluan
Pendidikan Pancasila di jenjang SMP tidak hanya bertujuan menanamkan pengetahuan tentang dasar negara, tetapi juga menumbuhkan sikap dan keterampilan yang merefleksikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai hal ini, guru memerlukan pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa mengaitkan pengalaman nyata mereka dengan konsep-konsep baru yang dipelajari di kelas. Salah satu pendekatan yang efektif adalah Transfer Learning.
Apa itu Transfer Learning dalam Pendidikan?
Secara umum, transfer learning dalam pendidikan adalah proses memindahkan pengetahuan, keterampilan, atau konsep yang telah dipelajari siswa dalam suatu konteks ke situasi atau permasalahan baru. Tujuannya adalah agar pembelajaran tidak terputus antar topik, tetapi saling berkaitan dan bermanfaat dalam kehidupan nyata.
Dalam praktiknya, transfer learning bisa berbentuk:
-
Transfer positif – Pengetahuan lama membantu memahami topik baru.
-
Transfer negatif – Pengetahuan lama justru menghambat pemahaman baru.
-
Transfer lateral – Penerapan pengetahuan pada konteks dengan tingkat kompleksitas setara.
-
Transfer vertikal – Penerapan pengetahuan sebagai fondasi bagi konsep yang lebih kompleks.
Contoh Penerapan Transfer Learning pada Pendidikan Pancasila Kelas IX
Langkah Penerapan:
-
Aktivasi Pengetahuan AwalGuru mengajak siswa menceritakan pengalaman gotong royong atau kegiatan organisasi di sekolah.Pertanyaan pemantik: “Apa aturan yang kalian patuhi? Bagaimana kalian menyelesaikan perbedaan pendapat?”
-
Menghubungkan dengan Konsep BaruGuru menunjukkan kesamaan antara nilai kerja sama di sekolah dengan prinsip Persatuan Indonesia dalam Pancasila.
-
Analogi SistemAturan panitia kegiatan dianalogikan dengan UUD 1945 sebagai landasan hukum negara.
-
Aplikasi pada Isu AktualSiswa menganalisis kasus toleransi antarumat beragama di Indonesia, menggunakan pengalaman kerja sama di sekolah sebagai titik berangkat.
-
RefleksiSiswa menulis esai singkat: “Jika kita bisa menjaga persatuan di sekolah, bagaimana kita melakukannya di tingkat negara?”
Hasil yang Diharapkan:
-
Kognitif: Pemahaman bahwa Pancasila bukan sekadar teori, tetapi pedoman hidup yang sudah mereka praktikkan.
-
Afektif: Tumbuhnya rasa memiliki dan kebanggaan terhadap nilai-nilai Pancasila.
-
Psikomotor: Keterampilan musyawarah, gotong royong, dan menyelesaikan konflik secara damai.
Perbandingan Transfer Learning dan Deep Learning dalam Pendidikan Pancasila
Aspek | Transfer Learning | Deep Learning |
---|---|---|
Fokus | Mengaitkan pengetahuan lama dengan konteks baru | Menggali topik secara mendalam dan menyeluruh |
Titik Awal | Pengetahuan atau pengalaman siswa yang sudah ada | Eksplorasi topik dari berbagai sudut pandang |
Hasil | Siswa mampu menerapkan pengetahuan pada situasi baru | Siswa memiliki pemahaman konseptual yang kokoh dan terintegrasi |
Contoh | Menghubungkan pengalaman gotong royong dengan nilai Persatuan Indonesia | Menganalisis keterkaitan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI secara kritis |
Memadukan Transfer Learning dan Deep Learning dalam Pembelajaran Pancasila
Penerapan Transfer Learning tidak harus berdiri sendiri; ia dapat dipadukan dengan pendekatan Deep Learning (pembelajaran mendalam) untuk hasil yang lebih optimal. Strateginya adalah:
-
Mulai dengan Transfer LearningGunakan pengalaman nyata siswa sebagai pintu masuk untuk membangun keterhubungan emosional dan kognitif.
-
Lanjutkan dengan Deep LearningSetelah keterhubungan terbangun, ajak siswa menggali topik secara mendalam melalui diskusi kritis, studi kasus, dan proyek berbasis masalah.
-
Integrasikan Lintas DisiplinMisalnya, ketika membahas demokrasi dalam Pancasila, libatkan konsep dari IPS (sejarah demokrasi) dan Bahasa Indonesia (keterampilan berargumentasi).
-
Akhiri dengan Refleksi dan Produk NyataSiswa membuat proyek kampanye digital bertema “Semangat Pancasila di Era Modern” sebagai hasil sintesis dari pengalaman lama dan pemahaman mendalam.
Penutup
Pendekatan Transfer Learning dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila memungkinkan siswa menghubungkan teori dengan praktik nyata yang mereka alami. Saat dipadukan dengan Deep Learning, pembelajaran menjadi tidak hanya relevan tetapi juga mendalam, membekali siswa dengan kemampuan berpikir kritis, berkolaborasi, dan berkontribusi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi guru, kombinasi ini adalah strategi yang efektif untuk menjadikan Pendidikan Pancasila lebih bermakna, kontekstual, dan berdampak jangka panjang.