Dalam dunia pendidikan, guru bukan hanya sekadar penyampai materi pelajaran, melainkan juga panutan dalam nilai-nilai kehidupan. Peribahasa Jawa "Becik ketitik, olo ketoro" memberikan gambaran yang sangat relevan terhadap tanggung jawab moral seorang pendidik. Artinya, segala kebaikan maupun keburukan yang dilakukan akan terlihat pada akhirnya. Dalam konteks pembelajaran, ini menjadi cermin integritas guru yang tak bisa disembunyikan dari peserta didik maupun lingkungan sekolah.
Keteladanan, Bukan Sekadar Teori
Pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam buku atau papan tulis, tetapi juga dalam sikap, perilaku, dan kebiasaan guru sehari-hari. Seorang guru yang jujur, disiplin, dan penuh semangat akan secara tidak langsung mengajarkan nilai-nilai itu kepada siswanya. Sebaliknya, guru yang tidak konsisten, sering terlambat, atau acuh terhadap tanggung jawabnya, akan menunjukkan contoh buruk yang cepat atau lambat akan "ketoro" (tampak) juga.
Anak-anak adalah pengamat yang tajam. Mereka mampu membedakan guru yang tulus dalam mengajar dengan guru yang hanya menjalankan rutinitas. Di sinilah makna "becik ketitik" mengambil tempat guru yang berdedikasi dan bersungguh-sungguh akan dikenang bukan hanya karena materi yang diajarkannya, tetapi juga karena ketulusannya yang terlihat nyata.
Profesionalisme dan Konsistensi
Dalam era modern ini, tantangan guru semakin kompleks. Namun demikian, prinsip dari peribahasa ini tetap relevan: kualitas sejati akan tampak dari proses yang dijalani. Guru yang profesional tidak hanya dituntut menguasai materi pelajaran, tapi juga menjaga etika, menjaga hubungan yang sehat dengan murid, dan konsisten dalam mendidik.
Kebaikan yang ditanamkan dalam setiap interaksi, dalam setiap penguatan positif, dalam setiap waktu yang diluangkan untuk memahami siswa yang kesulitan semuanya akan menjadi jejak yang dikenali. Begitu pula sebaliknya, ketidakpedulian atau perlakuan tidak adil akan membekas dan mencerminkan kualitas pembelajaran yang rendah.
Pendidikan Adalah Investasi Nilai
Peribahasa "Becik ketitik, olo ketoro" mengajarkan bahwa hasil dari proses pendidikan tidak selalu tampak secara instan. Sama seperti petani yang menanam benih dan harus menunggu waktu panen, guru juga menanam nilai-nilai dalam diri siswa yang akan berkembang seiring waktu. Nilai-nilai itu akan muncul dalam kehidupan nyata siswa kelak: bagaimana mereka bersikap, mengambil keputusan, dan memandang kehidupan.
Penutup
Dalam dunia pendidikan, kebaikan yang dilakukan seorang guru bukanlah sesuatu yang akan hilang begitu saja. Justru ia akan menjadi warisan yang abadi dalam ingatan dan karakter siswa. Sebaliknya, ketidaktulusan dan ketidakjujuran akan terbaca dan meninggalkan dampak negatif.
Karenanya, mari kita jadikan peribahasa "Becik ketitik, olo ketoro" sebagai pengingat bahwa setiap tindakan, sekecil apa pun, adalah bagian dari proses pendidikan yang bermakna. Guru bukan hanya menyampaikan ilmu, tapi juga menanamkan nilai kehidupan yang akan terus tumbuh dan terlihat baik ataupun buruk.