Blog Opini Kang Guru adalah ruang berbagi opini cerdas dan inspiratif dari sudut pandang seorang pendidik. Blog ini hadir dengan gaya santai namun penuh makna.

Menjadi Guru, Menjadi Indonesia

Tahun ini, bangsa Indonesia memperingati 80 tahun kemerdekaan, sebuah tonggak sejarah yang tidak hanya menandai perjalanan panjang kemerdekaan, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga semangat perjuangan di tengah zaman yang terus berubah. Di bawah tema besar “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju,” kita diajak merenungi kembali peran kita masing-masing dalam membangun negeri. Dan bagi kami, para guru, kemerdekaan itu dihidupi setiap hari di ruang-ruang kelas tempat anak-anak Indonesia digembleng untuk menjadi generasi masa depan.
Menjadi guru bukanlah sekadar menjalani profesi. Ini adalah bentuk pengabdian dalam wajah paling sunyi. Dalam kelas-kelas yang sederhana, terkadang sempit, dengan bangku rusak, papan tulis berdebu, dan spidol yang mulai kering, seorang guru menanamkan nilai-nilai kebangsaan, kejujuran, ketekunan, dan cinta pada ilmu. Di sanalah kami menemukan tawa yang tidak dijadwalkan, pelukan yang tiba-tiba, dan air mata yang tak tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Namun justru di situlah letak makna sesungguhnya dari pendidikan: menjangkau hati, bukan hanya akal.
Peringatan kemerdekaan bukan hanya soal baris-berbaris, lomba-lomba, atau seremoni seragam merah-putih. Kemerdekaan adalah tentang bagaimana setiap warga negara merasa berdaya, berdaulat, dan punya harapan. Dan guru adalah penjaga harapan itu. Kami bersatu dalam visi untuk memanusiakan manusia. Kami menanamkan kedaulatan dalam bentuk keberanian murid untuk berpikir, bersuara, dan bermimpi. Kami memperjuangkan kesejahteraan lewat ilmu yang kami tanamkan setiap hari.
Tak terhitung momen haru dalam perjalanan menjadi guru. Dari murid yang dulunya kerap membuat pusing namun kini berkata, “Pak, saya ingin jadi guru seperti Bapak,” hingga suara lirih yang bertanya, “Bapak bangga nggak sama saya?” Itu semua menjadi pengingat bahwa meski zaman berubah, nilai kasih, bimbingan, dan keteladanan tidak pernah usang. Bahkan di era digital dan kecanggihan teknologi, murid tetap menunggu kehadiran seorang guru yang hadir bukan hanya secara fisik, tapi juga emosional.
Menjadi guru adalah bentuk gotong royong paling murni. Kami berbagi waktu, tenaga, bahkan penghasilan untuk menolong murid yang membutuhkan. Kami merangkul anak-anak dari berbagai latar belakang dan menyatukan mereka dalam semangat belajar dan bertumbuh. Kami mempercepat langkah bangsa ini bukan dengan senjata, tetapi dengan kata-kata, teladan, dan keteguhan hati.
Maka, dalam usia kemerdekaan yang ke-80 ini, kami tidak meminta pengakuan. Kami hanya ingin menegaskan satu hal: bahwa di balik papan tulis dan suara yang mulai serak, kami sedang menulis masa depan Indonesia. Jika harus mengulang hidup seribu kali, kami akan tetap memilih menjadi guru. Bukan karena tidak ada pilihan lain, tetapi karena inilah jalan yang kami yakini sebagai bagian dari perjuangan membangun bangsa.
Selamat Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia. Mari terus bersatu, menjaga kedaulatan, dan menapaki langkah-langkah menuju kesejahteraan. Karena dari ruang kelas, Indonesia maju sedang dipersiapkan.
Share:

Website Translator

Visitors