Blog Opini Kang Guru adalah ruang berbagi opini cerdas dan inspiratif dari sudut pandang seorang pendidik. Blog ini hadir dengan gaya santai namun penuh makna.

3726 MDPL: Tentang Waktu, Harapan, dan Kebersamaan

Dari Kota Santri,

Perjalanan hidup sering kali menyerupai pendakian gunung. Ada medan yang landai dan mudah dilalui, namun ada pula jalur curam yang membuat langkah melambat. Setiap pendaki tahu bahwa puncak tak pernah bisa dicapai dengan terburu-buru. Perlu waktu, tenaga, dan ketabahan untuk sampai ke sana. Inilah yang menjadi refleksi ketika membaca novel 3726 MDPL karya Nurwina Sari, sebuah kisah yang tidak hanya bercerita tentang cinta dan luka, tetapi juga tentang kesabaran, penantian, dan makna perjalanan.

Dalam kehidupan, kita kerap dihadapkan pada penantian. Menunggu sebuah kabar, menunggu seseorang, menunggu kesempatan, atau bahkan menunggu momen untuk bisa kembali merasakan kebersamaan. Penantian semacam ini tak jarang menguji hati. Ada kalanya kita bertanya: mengapa begitu lama? Mengapa belum tiba? Namun, seperti pesan yang mengalir dari semangat kisah 3726 MDPL, waktu yang lama bukan berarti sia-sia. Justru, hal-hal yang indah sering kali memerlukan proses panjang sebelum akhirnya bisa kita genggam.

Penantian itu sendiri adalah guru. Ia mengajarkan kita untuk percaya pada alur yang ditentukan oleh Tuhan dan semesta. Jika sesuatu datang, kita patut bersyukur. Jika tidak, kita belajar percaya bahwa ada sesuatu yang lebih baik menunggu di ujung lain perjalanan. Sama seperti mendaki gunung, terkadang cuaca buruk membuat kita harus menunda langkah. Bukan karena puncak tak ada, tetapi karena waktu terbaik untuk sampai di sana belum tiba.

Kisah yang terinspirasi dari ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut ini juga mengingatkan bahwa kebersamaan adalah anugerah yang nilainya tidak diukur dari lamanya waktu. Ada orang yang hadir hanya sebentar, sekilas, lalu menghilang... tetapi meninggalkan kesan yang dalam. Ada pula yang berjalan bersama kita dalam waktu yang panjang, namun tanpa sadar kehadirannya mengikis semangat, membuat langkah terasa kehilangan arah. Panjang atau singkatnya kebersamaan tidak mengurangi maknanya, karena setiap perjumpaan membawa pelajaran.

Sering kali kita terjebak pada keinginan untuk segera sampai pada hasil, mendapatkan pekerjaan impian, membangun hubungan yang kita dambakan, atau meraih cita-cita tertentu. Namun, 3726 MDPL mengajarkan bahwa proses itu sendiri adalah bagian dari hadiah. Dalam proses, kita belajar merasakan lelah, mengatasi ragu, dan menemukan kekuatan yang mungkin sebelumnya tidak kita sadari.

Mendaki gunung memberi kita perspektif bahwa keindahan bukan hanya terletak pada puncak, tetapi juga pada perjalanan. Pada jalur setapak yang berliku, pada napas yang terengah, pada obrolan ringan di tenda saat malam tiba, dan pada tawa yang terdengar di tengah dinginnya kabut. Begitu pula dalam hidup, kita perlu merayakan setiap langkah, bukan hanya menunggu tujuan akhir.

Ketika akhirnya kita sampai di puncak, entah itu dalam bentuk mimpi yang tercapai, pertemuan yang kita rindukan, atau kebahagiaan yang kita idamkan, kita akan menoleh ke belakang dan menyadari: semua lelah, tangis, dan rindu adalah bagian terindah dari perjalanan. Waktu yang kita anggap sebagai penundaan ternyata adalah masa persiapan.

Novel 3726 MDPL karya Nurwina Sari, kisahnya membisikkan pada pembaca bahwa hidup bukan tentang siapa yang sampai duluan, tetapi tentang bagaimana kita berjalan, menjaga harapan, dan memaknai setiap kebersamaan. Sebab, meski puncak itu tinggi dan jauh, langkah kita yang sabar akan selalu membawanya semakin dekat. Dan ketika waktu itu tiba, kita akan mengerti: penantian adalah bagian dari keindahan itu sendiri.

Share:

Website Translator

Visitors